cari

Tips Wawancara Radio

Pengalaman diwawancara oleh wartawan atau produser radio berbeda ‘rasanya’ dengan wawancara oleh media cetak atau bahkan televisi. Ada beberapa hal yang harus anda persiapkan agar apa yang anda sampaikan benar-benar maksimal dan anda akan nampak sebagai seorang nara sumber yang profesional. Mungkin beberapa tips ini bisa membantu.

JENIS WAWANCARA RADIO:
Wawancara radio biasanya dilakukan melalui cara-cara:
1. LIVE ATAU SIARAN LANGSUNG, baik dengan mengundang anda ke stasiun radio yang bersangkutan atau melalui telepon.
a. Wawancara Di Studio
Jika wawancara dilakukan di studio, pewawancara biasanya akan memberikan anda beberapa pengarahan tentang apa yang harus anda lakukan. Kalaupun tidak, ada beberapa hal yang harus anda perhatikan, seperti:
• Mikrofon: Pastikan jarak antara mulut dengan mikrofon tidak terlalu dekat tapi tidak terlalu jauh. Jarak ideal antara mulut dengan mikrofon adalah satu kepalan tangan. Pastikan pula anda tidak banyak bergerak karena akan mempengaruhi kualitas suara anda di udara. Masalah ini bisa diatasi jika radio yang bersangkutan menggunakan mikrofon yang menyatu dengan headphone. Oya, satu hal lagi, jangan sekali-kali meniup atau mengetuk-ngetuk mikrofon. Ini bukan pidato di kelurahan hehehehe..
• Headphone dan kontrol suara: Jangan anggap remeh fungsi headphone. Kegunaan headphone adalah untuk memonitor kualitas suara anda. Jangan segan-segan meminta pada operator atau penyiar untuk mengecilkan atau membesarkan suara di headphone sesuai dengan kenyamanan pendengaran anda.
• Matikan ponsel anda. Sinyal ponsel bisa mengganggu perangkat elektronik di studio. Matikan. Jangan di silent!
b. Wawancara Melalui Telepon
Wawancara langsung melalui telepon berbeda dengan wawancara langsung di studio. Kualitas suara telepon jauh lebih rendah sehingga seringkali membuat anda harus bicara ekstra keras dengan pengucapan yang jelas. Itu yang terpenting. Hal lain yang juga harus diketahui:
• Anda tidak akan langsung mengudara begitu di telepon. Idealnya anda akan di brief tentang apa yang harus dilakukan. Pada saat itu pastikan suara di ujung sana bisa anda dengar dengan jelas.
• Dalam beberapa kasus, ada radio yang langsung menghubungi anda di udara. Bisa jadi karena anda adalah narasumber yang sulit dimintai wawancara sehingga mereka memutuskan ‘menembak’ anda langsung di udara. Jika ini terjadi, anda punya hak menolak. Sepenting apapun wawancara itu, pihak radio harus lebih dulu meminta persetujuan anda untuk bisa mengudarakan wawancara dengan anda. Jika anda sudah terlanjut di ‘tembak’, tips terbaik dari saya adalah diam. Jangan tutup telepon, apalagi membanting telepon.
• Sebisa mungkin minta si pewawancara untuk menghubungi nomor rumah atau kantor dan jangan melalui handphone.
• Jangan bicara terlalu dekat dengan spiker telepon. Sesuaikan jarak yang nyaman.
• Seringkali anda tertarik mendengar suara anda langsung melalui di radio. Namun sebaiknya jangan. Pertama dia bisa menimbulkan suara feedback atau berdenging. Kedua seringkali ada keterlambatan atau delay di radio sehingga akan menganggu proses anda mendengarkan wawancara. Kalaupun anda tetap ingin mendengarkan melalui radio, pastikan volume nya tidak terlalu besar. Dalam beberapa kasus anda juga bisa membalik speaker radio agar tidak berhadapan laangsung dengan anda. Ini bisa mengurangi efek feedbback.
2. WAWANCARA PRE-RECORDED ATAU DIREKAM TERLEBIH DAHULU, untuk kemudian di edit sebelum diudarakan. Ini juga bisa dilakukan di studio radio yang bersangkutan atau si pewawancara yang datang kepada anda dan melakukan wawancara dengan alat rekam atau juga melalui telepon. Pada prinsipnya wawancara pre-recorded ini sama dengan wawancara lain. Hanya saja bedanya dia tidak dilakukan secara live. Karena itu perhatikan poin-poin sebelumnya.
Selain itu ada hal lain yang juga anda perlu perhatikan, terutama berkaitan dengan wawancara yang dilakukan dengan alat rekam. Setiap alat rekam yang digunakan oleh pewawancara memiliki karekteristik yang berbeda-beda. Ada yang masih menggunakan kaset recorder biasa, mini disc recorder atau bahkan IC recorder yang sudah canggih. Para wartawan radio itu pasti tahu seluk beluk alat rekam mereka. Namun tidak ada salahnya kalau anda memastikan untuk berbicara dengan jelas. Jangan segan-segan untuk bertanya pada pewawancara anda apakah suara anda sudah cukup jelas direkam.
Sekali lagi ingat bahwa tujuan utama anda sebagai nara sumber yang diwawancara adalah supaya apa yang anda sampaikan itu bisa muncul dengan jelas.
~~~
PERBEDAAN WAWANCARA DI RADIO DENGAN MEDIA LAIN.
Saya akan mencoba melihat perbedaannya denga melihat karakteristik radio.
1. Suara/Audio
Perbedaan paling utama tentu saja adalah adanya unsur suara atau audio. Sudah pasti dalam wawancara radio suara anda akan muncul. Dalam wawancara dengan media cetak, suara anda akan di rubah dalam bentuk tulisan sehingga masih memungkinkan adanya perbaikan dalam hal tata bahasa atau jika ada pendapat anda yang bisa disalah tafsirkan. Wartawan yang baik tentu akan menghubungi anda untuk konfirmasi ulang dan dengan mudah perubahan itu bisa dituliskannya. Tapi di radio ini berarti anda harus merekamkan kembali merekam ulang dan itu tentu perlu waktu.
Karena itulah kontrol suara sangat penting saat melakukan wawancara radio, tapi tujuannya bukan supaya suara anda jadi bagus sebagus suara Pak Sambas (alm), tapi lebih kepada agar apa yang anda sampaikan itu terdengar jelas, baik dari segi artikulasi, penyebutan maupun volume suara.
Jika suara yang terdengar terlalu besar, menjauhlah dari mikrofon dan sebaliknya. ‘Penyakit’ lain yang juga sering muncul berkaitan dengan suara ini adalah apa yang disebut sebagai bopping dan hissing. Bopping akan terjadi jika penyebutan huruf “b” atau “p” terlalu keras atau berlebihan sehingga menimbulkan suara aneh. Hissing muncul pada penyebutan huruf seperti “s” atau “x” yang berlebihan sehingga juga akan terdengar aneh dan menggangu kejelasan suara anda. Atasi dengan mengontrol jarak dengan mikrofon atau juga cara penyebutan huruf-huruf tadi.
2. Sekali lewat.
Radio adalah medium sekali dengar. Karena itu jangan bicara bertele-tele. Pastikan anda bicara to the point walaupun mungkin anda diberikan waktu wawancara yang panjang. Siapkan atau tuliskan poin-poin yang akan anda sampaikan. Asal tahu saja, kemampuan orang mendengarkan omongan di radio sangat terbatas. Bahkan konon kemampuan orang menangkap pesan yang didengar di radio hanya maksimal 5 menit setelah itu mereka akan hilang konsentrasi. Jangan pula mendominasi pembicaraan. Biarkan pewawancara yang memegang kendali.
3. Unsur Emosi
Selama ini mungkin banyak yang berfikir bahwa wawancara melalui radio relatif lebih mudah, apalagi karena wajah anda tidak nampak, seperti di televisi. Tapi percayalah, emosi anda, suasana hati anda, bahkan sering kepribadian anda akan lebih nampak dari suara.
Karena itulah dalam wawancara radio, penting bagi anda untuk menjadi diri sendiri. Ingat! Anda bukan penyiar. Jadi jangan terlalu memusingkan mutu suara anda. Jadilah diri sendiri. Anda diundang bukan karena suara anda yang berat dan bagus seperti Pak Sambas (alm) atau Olan Sitompul. Anda diundang karena pendapat yang anda sampaikan. Tetaplah santai seperti layaknya bercakap-cakap biasa, tapi tetap kontrol suara anda agar apa yang anda sampaikan itu jelas. Walau ini bukan televisi, tapi jika anda tidak santai, justru akan sangat terasakan oleh pendengar. Bahkan dalam beberapa kasus, suara anda bisa terdengar cempreng.
Demikian beberapa tips dari saya, semoga bermanfaat. Memang pada dasarnya anda tinggal bicara, karena semua sudah diatur oleh pewawancara. Tapi tidak ada salahnya kan jika anda tampak lebih professional sebagai seorang nara sumber.

0 komentar:

IKLAN